Footer Widget 1

HUBUNGI KAMI

Footer Widget 3

Photobucket

Latest Post

Saudaraku Tetaplah berdiri tegak karena kalian adalah petarung...

Written By FRAKSI PKS WONOGIRI on Selasa, 17 Juli 2012 | 18.12


Ada saat suatu titik yang mempertemukan kita dalam sebuah jalan perjuangan dan mengisi catatan kehidupan dalam ranah idealisme. Yang mengingatkan kita akan visi perubahan untuk Jakarta yang kita Cintai. 


Padatnya aktivitas perjuangan ini mungkin melebihi jadwal ketika bercengkrama dengan keluarga dan itu tak menjadi halangan tuk terus melangkah. Mempertahankan cahaya nurani agar diri mampu menapak surga. Agar tetap menjadi bintang yang menerangi kegelapan.

Perjuangan ini telah menjadi saksi kehidupan untuk merajut mimpi untuk sebuah perubahan. Mimpi-mimpi menjadi sang al Banna. Yakinlah Batik Beresin Jakarta akan selalu memeriahkan aktivitas kita sampai kapanpun.

Saudaraku adalah sebuah kehormatan dapat mengenal dan berjuang bersama kalian yang dalam lelahnya masih dapat tetap berupaya, tidak hanya bisa bicara tapi juga bekerja. mengkritisi tapi juga memberi solusi tidak merasa rendah ketika dihina, dan tidak merasa tinggi bila dipuji, yang telah menjadikan Perjuangan sebagai urusan keluarganya.

Saudaraku Tetaplah berdiri tegak karena kalian adalah petarung....Teruslah bergerak karena kalian adalah pejuang....Masih banyak tugas lain menanti kita....Terima kasih Sahabat Hidayat + Didik untuk Perjuangan ini, semoga Alloh mencatatkannya sebagai amal bagi kita semua...aamiin

Hidayat Nur Wahid

Seni Membangun Hubungan


Mengapa perlu meningkatkan hubungan baik (Relationship) ?
  1. Agar orang yang berinteraksi dengan kita (obyek dakwah) puas ketika berhubungan dengan kita.
  2. Semua orang diharapkan dapat menceritakan pada orang lain bahwa banyak keuntungan yang diperoleh ketika berhubungan dengan kita.
Dan untuk bisa berhubungan baik dengan orang lain maka kita perlu mengetahui apa yang menjadi kodrat umum seorang manusia. Salah satunya adalah bahwa"orang itu sangat tertarik pada dirinya sendiri atau pikiran mereka sendiri”karena itu perhatikanlah 7 hal berikut dan semoga kita sukses mengambil hati mereka.


1. Terampillah dalam berbicara


Topik yang paling menarik untuk dibicarakan dengan kawan bicara adalah "diri mereka sendiri”. Mereka akan tertarik, amat percaya jika membicarakan apa yang diinginkan oleh mereka. Cara yang salah adalah ketika kita melawan kodrat manusia. Karenanya dalam awal komunikasi yaitu ketika kita belum akrab betul dengan mereka pastikan:
Jangan terlalu banyak mengatakan : "saya, aku, milikku, ana"
Lebih banyak mengatakan : "Anda, saudara, bapak, milik anda, antum"
Dan topik yang paling menarik adalah tentang diri mereka sendiri, keluarga mereka, pekerjaan mereka, hobby mereka dan seterusnya


2. Buatlah orang merasa penting

Pastikan semua orang berinteraksi dengan kita merasa "penting", tidak ada yang dimarjinalkan dari orang lain. Semakin merasa penting maka peluang mereka memberikan tanggapan akan semakin besar. Lakukanlah beberapa langkah berikut :
  • Dengarkanlah mereka, tunjukkan sisi antusias ketika mereka bicara, gunakan anggukan kepala sebagai tanda kita memperhatikan.
  • Pandanglah ketika mereka bicara, jangan terkesan mengabaikan / cuek.
  • Pujilah dan hargailah mereka dengan guesture (isyarat tubuh) yang tepat atau dengan ucapan tanggapan yang menyenagkan mereka.
  • Sebutkan nama mereka sesering mungkin dalam percakapan. Orang akan bergetar hatinya jika disebut namanya.
  • Perhatikan setiap orang ketika percakapan melibatkan sekelompok orang, pastikan semua mendapatkan tatapan mata kita dan perhatian kita.

3. Setujuilah pendapat mereka

Ikhwah fillah, belajarlah menyetujui pendapat orang lain.
  • Terkadang tidak cukup dengan anggukan kepala, ada beberapa orang yang lebih yakin melanjutkan komunikasi dengan kita ketika ada sebuah ucapan (kata-kata) persetujuan yang muncul dari mulut kita.
  • Tidak terburu mengawali kalimat dengan mengatakan "Tidak setuju” pada orang lain ketika ada yang berbeda dengan pendapat kita kecuali betul-betul mutlak keliru dan waktu percakapan kita pendek.
  • Misal mereka mengatakan : Saya pikir PKS munafik jika tidak mengakui bahwa ujung-ujung perjuangannya adalah kekuasaan...
  • Lebih diterima jika kita mengatakan ”Sungguh menarik untuk didiskusikan apa yang bapak Ali tadi sampaikan, mungkin pak Ali pernah mendengar diskusi di TV...” Atau "Mungkin memang ada benarnya apa yang bapak Ali sampaikan, namun yang menarik pak Ali, sebenarnya adalah bagaimana PKS menilai sebuah kekuasaan, mungkin bapak pernah mendengar...,
    NB : memperbanyak menyebut nama lawan bicara dan mengurangi menyebut saya, aku, ana dan lain-lain akan terasa berbeda jika kita berbicara "menurut saya...” "wah saya kayaknya perlu meluruskan nih...”(kesan defensif).
  • Akuilah jika kita memang salah atau ada kelemahan kita yang diungkap oleh lawan bicara kita. Kita akan dianggap lebih dewasa jika bisa tenang mengakui kelemahan kita dengan cara berterima kasih pada mereka karena diingatkan dan minta doa mereka agar kita bisa bersegera membenahi kelemahan kita.
  • Tahanlah diri untuk tidak berdebat
  • Ingat bahwa orang akan "malas" berkomunikasi dengan kita jika kita terindikasi berseberangan pendapat dan tidak mau menyetujui pendapat-pendapat mereka.Disinilah seni berkomunikasi.

4. Dengarkan mereka

  • Simaklah perkataan lawan bicara dengan cara mendengarkan setiap kata yang keluar. Semakin kita mendengarkan, akan semakin terbuka peluang bagi kita untuk menemukan cara/celah masuk dalam berkomunikasi lebih lanjut. Sikap berkonsentrasi dalam mendengarkan juga menyenangkan si lawan bicara karena mereka merasa "diorangkan”.
  • Pendengar yang baik selalu membiarkan orang untuk menceritakan cerita favorit mereka yaitu "cerita dari mereka sendiri”.
  • Orang akan menghormati kita jika kita serius mendengarkan mereka. Usahakan ada tatapan mata dan usahakan posisi tubuh kita dalam posisi terbaik. Penghormatan akan berbuah penghormatan.
  • Sesekali ajukan pertanyaan.
  • Ikuti topik si "lawan bicara” dan jangan memotong/menyela atau sibuk dengan urusan kita sendiri misal : pencat-pencet HP atau baca buku dan lain-lain.

5. Selami mereka agar bisa mempengaruhi
Suatu saat kita berharap bisa memimpin mereka. Setiap kita memiliki hakekat kepemimpinan karena memang setiap kita adalah pemimpin. Namun yang membedakan adalah kekuatan kepemimpinan kita (The power of leadership). Kepemimpinan sering disederhanakan dengan kata "pengaruh" sehingga kekuatan kepemimpinan seseorang bisa dilihat dari sejauh mana kekuatan pengaruhnya terhadap orang lain.

Agar kita memiliki kekuatan pengaruh kepada obyek dakwah kita maka biasakanlah melakukan 3 hal sederhana berikut :

1. Cari tahu apa yang mereka "inginkan"
2. Cari tahu apa yang mereka "butuhkan"
3. Cari tahu apa yang mereka "sukai"

Jika kita sudah mengetahui keinginan dan kebutuhan yang mereka cari, maka kita akan mudah mempengaruhi orang lain.

6. Yakinkan mereka

  • Menjadi kodrat manusia, bahwa mereka sangat mungkin ragu bahkan cenderung tidak percaya kepada sesuatu yang baru mereka dengar dan dikatakan oleh orang yang baru mereka kenal. Karenanya lengkapilah diri kita dengan pengetahuan cukup tentang produk atau materi yang akan kita sampaikan dan lengkapi pula diri kita dengan kecakapan berkomunikasi.
  • Jika kita sendiri tidak mampu meyakinkan maka jangan ragu untuk menggunakan orang ketiga pada awal-awal kita berinteraksi yaitu untuk meyakinkan mereka. biarkan orang ketiga tersebut menjawab pertanyaan itu untuk kita.
  • Bahkan ada beberapa orang yang lebih terkesan jika ada orang ketiga yang meneguhkan jawaban, dari pada kita sendiri yang menjawab.
  • Seni meyakinkan orang harus dimulai dari seni meyakinkan diri sendiri terlebih dahulu. Orang bijak mengatakan : "Jauh lebih penting dari seluruh rencana yang kita buat adalah keyakinan bahwa kita akan berhasil dan keyakinan itu sifatnya menular, keyakinan pula yang akan membuka banyak ruang kreatifitas".

7. Kondisikan Suasana Hati Mereka

Orang sangat condong untuk menanggapi dengan baik perilaku baik dari orang lain. Kita akan mendapatkan sesuatu dari apa yang telah kita berikan. Karenanya beberapa detik pertama dalam pertemuan menentukan suasana dan sifat hubungan. "Berikan senyum tulus kita kepadanya :) ""sedikit bingkisan mungkin bisa menyentuh hatinya" atau "pujilah sesuatu yang dia miliki atau dia lakukan", alangkah tepat jika diawal pertemuan, kita banyak membicarakan seputar mereka dari pada kita sendiri.

(Abu Bara)

Karakteristik Rumah Tangga Islami

Written By FRAKSI PKS WONOGIRI on Senin, 09 Juli 2012 | 01.49


Karakteristik Rumah Tangga Islami

Untuk menegakkan bangunan masyarakat Islami, penyangga utamanya adalah rumah tangga Islami. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan rumah tangga Islami? Apakah dengan semua anggota keluarganya beragama Islam lantas sudah disebut rumah tangga Islami? Kenyataannya, betapa banyak keluarga muslim yang tidak menampakkan kehidupan yang Islami.Rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah yang di dalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Mereka berkhidmat kepada Allah swt dalam suka maupun duka, dalam keadaan senggang maupun sempit.
Rumah tangga Islami adalah rumah yang di dalamnya terdapat iklim yang sakinah (tenang), mawadah (penuh cinta), dan rahmah (sarat kasih sayang). Perasaan itu senantiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana "surga" di dalamnya. Baiti jannati, demikian slogan mereka sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Subhanallah!
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS Ar-Ruum 30:21)
Prinsip-prinsip dasar rumah tangga bisa disebut Islami dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
Pertama, Tegak di Atas Landasan Ibadah
Rumah tangga Islami harus didirikan dalam rangka beribadah kepada Allah semata. Artinya, sejak proses memilih jodoh, landasannya haruslah benar. Memilih pasangan hidup haruslah karena kebaikan agamanya, bukan sekedar karena kecantikan atau ketampanan wajah, kekayaan, maupun atribut-atribut fisikal lainnya. Proses bertemu dan menjalin hubungan hingga kesepakatan mau melangsungkan pernikahan harus tidak lepas dari prinsip ibadah. Prosesi pernikahannya pun, sejak akad nikah hingga walimah, tetap dalam rangka ibadah, dan jauh dari kemaksiatan. Sampai akhirnya, mereka menempuh bahtera kehidupan dalam suasana ta'abudiyah (peribadahan) yang jauh dari dominasi hawa nafsu.
Kedua, Nilai-Nilai Islam dapat Terinternalisasi Secara Kaffah
Internalisasi nilai-nilai Islam secara kaffah (menyeluruh) harus terjadi dalam diri setiap anggota keluarga, sehingga mereka senantiasa komit terhadap adab-adab Islami. Untuk itu, rumah tangga Islami dituntut untuk menyediakan sarana-sarana tarbiyah yang memadai, agar proses belajar, mencerap nilai dan ilmu, sampai akhirnya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari bisa diwujudkan.
Ketiga, Hadirnya Qudwah yang yata
Diperlukan qudwah (keteladanan) yang nyata dari sekumpulan adab Islam yang hendak diterapkan. Orang tua memiliki posisi dan peran yang sangat penting dalam hal ini. Sebelum memerintahkan kebaikan atau melarang kemungkaran kepada anggota keluarga yang lain, pertama kali orang tua harus memberikan keteladanan.
Keempat, Masing-Masing Anggota Keluarga Diposisikan Sesuai Syariat
Dalam rumah tangga Islami, masing-masing anggota keluarga telah mendapatkan hak dan kewajibannya secara tepat dan manusiawi. Suami adalah pemimpin umum yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup rumah tangga. Istri adalah pemimpin rumah tangga untuk tugas-tugas internal.
Kelima, Terbiasakannya Ta’awun dalam Menegakkan Adab-Adab Islam Berkhidmat dalam kebaikan tidaklah mudah, amat banyak gangguan dan godaannya. Jika semua anggota keluarga telah bisa menempatkan diri secara tepat, mka ta'awun (tolong-menolong) dalam kebaikan ini akan lebih mungkin terjadi.
Keenam, Rumah Terkondisikan bagi Terlaksananya Peraturan Islam
Rumah tangga Islami adalah rumah yang secara fisik kondusif bagi terlaksananya peraturan Islam. Adab-adab Islam dalam kehidupan rumah tangga akan sulit diaplikasikan jika struktur bangunan rumah yang dimiliki tidak mendukung.
Ketujuh, Tercukupinya Kebutuhan Materi secara Wajar
Demi mewujudkan kebaikan dalam rumah tangga Islami itu, tak lepas dari faktor biaya. Memang materi bukanlah segala-galanya. Ia bukan pula merupakan tujuan dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Akan tetapi, tanpa materi, banyak hal tak bisa didapatkan.
Kedelapan, Rumah Tanggga Dihindarkan dari Hal-Hal yang Tidak Sesuai dengan Semangat Islam
Menyingkirkan dan menjauhkan berbagai hal dalam rumahtangga yang tak sesuai dengan semangat keislaman harus dilakukan. Pada kasus-kasus tertentu yang dapat ditolerir, benda-bendam hiasan, dan peralatan harus dibuang atau dibatasi pemanfaatannya.
Kesembilan, Anggota Keluarga Terlibat Aktif Dalam Pembinaan Masyarakat
Rumah tangga Islami harus memberikan kontribusi yang cukup bagi kebaikan masyarakat sekitarnya, sebagai sebuah upaya pembinaan masyarakat (ishlah al-mujtama') menuju pemahaman yang benar tentang nilai-nilai Islam yang shahih, untuk kemudian berusaha bersama-sama membina diri dan keluarga sesuai dengan arahan Islam. Betapa pun taatnya keluarga kita terhadap norma-norma Ilahiyah, apabila lingkungan sekitar tidak mendukung, pelarutan-pelarutan nilai akan mudah terjadi, lebih-lebih pada anak-anak.
Kesepuluh, Rumah Tangga Dijaga dari Pengaruh Lingkungan yang Buruk
Dalam kondisi keluarga islami yang tak mampu memberikan nilai kebaikan bagi masyarakat sekitar yang terlampau parah kerusakannya, maka harus dilakukan upaya-upaya serius untuk, paling tidak, membentengi anggota keluarga. Harus ada mekanisme penyelamatan internal, agar tak larut dan hanyut dalam suasana jahili masyarakat di sekitarnya. Pada suatu kasus yang sudah amat parah, keluarga muslim bahkan harus meninggalkan lokasi jahiliyah itu dan mencari tempat lain yang lebih baik. Hal ini dilakukan demi kebaikan mereka.
Demikianlah beberapa karakter dasar sebuah rumah tangga yang Islami. Dengan adanya bangunan rumah tangga Islami, rumah tangga teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat inilah, maka masyarakat Islami dapat diwujudkan.Maraji': Keakhwatan, Cahyadi Takariawan
http://www.pks- jaksel.or. id/Article1072. phtml


Berbagi Tausiyah untuk Aktifis Dakwah

Posted by pksbeji pada Juni 3, 2011
Oleh Hatta Syamsuddin, Lc
“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (Q.S. Al Insyirah: 7).
Waktu terus berjalan dan kerja-kerja dakwah pun terus menyeruak di hadapan seiring dengan bergantinya hari. Tidak layak kita terlalu berlama-lama berhenti atas nama evaluasi atau mengambil jeda sejenak untuk beristirahat. Amal dihadapan terlampau banyak untuk disebutkan, saatnya kembali menyiapkan barisan untuk menyambutnya, karena pada dasarnya setiap satuan waktu bagi seorang kader adalah potensi amal yang akan meningkatkan derajatnya di hadapan Allah SWT.
Sebelum kita melanjutkan amal, mari sedikit kita merenungi beberapa hal agar kerja-kerja ke depan kita semakin baik dan cermat karena ditopang dengan pribadi-pribadi yang kuat secara pemahaman, kokoh dalam keyakinan akan kebenaran manhaj dakwah dan ikhwan. Ada beberapa hal yang harus disadari oleh seorang kader :
Pertama : Tidak lagi menuduh jama’ah dalam kondisi lemah dan syubhat dalam kebijakan-kebijakannya
Syekh Muhammad Ahmad Ar-Rasyid dalam kitabnya “ Al-Awa’iq” berpesan :“ Perilaku pertama menyangkut kita aktifis gerakan islam, intinya adalah : agar kita tidak berlebihan dalam menuduh diri kita dengan berbagai macam kelemahan. Kita harus yakin bahwa kita berada dalam kebaikan yang sangat banyak atas karunia dan anugerah Allah SWT. Memang, kebaikan tidak lah sempurna, dan kita tidak bisa menyamai kaum salaf, akan tetapi kita adalah orang-orang yg membawa pelita keimanan. Apabila kita bersalah, maka keimanan itu akan memperbaiki kesalahan kita .
Ini bukanlah ghurur (terpedaya), juga bukan memamerkan sedikit amal yg kita persembahkan untuk islam. Akan tetapi metode tarbiyah yang mesti wajib kita terapkan, agar kita tidak terperosok pada kesalahan sebagian ulama zaman pertengahan, ketika mereka terlalu banyak menyebut rasa takut dan terlalu banyak menyebutkan bisikan-bisikan hati dan hal-hal yang bisa membatalkan amal, sehingga manusia diliputi oleh keputus asaan yang berlebihan, karena mereka tidak membuka satupun pintu harapan yang akan mengimbangi rasa takut tersebut “
Hari ini selayaknya setiap aktifis dakwah menghentikan asumsi-asumsi negatif terhadap sebuah jamaah dakwah, tidak lagi menuduh jamaah telah keluar dari asholah, atau kebijakan-kebijakan qiyadah yang dipenuhi syubhat. Sikap-sikap itu hanya akan menghambat kerja-kerja dalam dakwah. Kita sudah mempercayakan orang-orang terbaik untuk memutuskan kebijakan dalam dakwah ini. Mereka pun telah berijtihad secara jama’I dalam menghasilkan keputusan-keputusan da’awi dan siyasi. Karenanya tidak layak setiap kader masih harus berfikir secara infirodi dalam menyambut setiap kebijakan dakwah dan jamaah. Karakteristik keputusan dalam wilayah ijtihad memang selalu menghasilkan polemik, tapi kita tidak sedang dalam posisi yang layak berpolemik dalam masalah ini. Hendaknya kita memahami sebuah kalimat hikmah :
” ليس العاقل هو الذي يعرف الخير والشر , ولكن هو الذي يعرف الخير بين الشرين ”
“ Seorang yang pandai (berakal) bukanlah mereka yang mengetahui antara baik dan buruk, tapi yang mengetahui yang paling baik di antara dua keburukan “
Kedua : Memahami hakikat istiqomah dalam amal serta menjauhi berdiam diri (menganggur) dalam amal
Setiap aktifis dakwah hendaknya memahami bahwa salah satu ajaran Islam adalah istiqomah. Tidak ada jeda dalam melakukan amal kebaikan, karena waktu terus berjalan. Karenanya cukup jelas pesan dalam surat Al-Insyiroh : Faidza faroghta fanshob !. Jika kita lihat lebih dalam lagi, betapa syariat Islam menginginkan kondisi istiqomah dalam setiap amalan, nyaris tidak ada celah untuk berhenti dalam beramal –kecuali oleh hal-hal yg ditentukan syar’i. Kita bisa membaca karakteristik istiqomah melalui dalil tentang amal-amalan berikut ini, misalnya :
Anjuran untuk berjihad dalam berbagai kondisi. (QS At-Taubah : 41)
Anjuran untuk berinfak dan sedekah dalam berbagai kondisi. (QS Ali Imron : 134 )
Anjuran untuk berinfak di setiap waktu. (QS Al Baqoroh : 274)
Anjuran untuk berdzikir setiap saat sepanjang hari. (QS Thahaa 131 )
Anjuran untuk berdzikr dalam berbagai keadaan. (QS Ali Imron 191 )
Anjuran untuk tak kenal lelah dalam berdakwah. (QS Nuh 5 )
Begitupula kita dapati makna istiqomah dan berkelanjutan dalam kisah perang ahzab, betapa kemenangan yang diraih oleh kaum muslimin tidak serta merta mengantarkan mereka pada kenyamanan dan jeda istirahat yang panjang. Tetapi yang ada bahkan perintah untuk segera melanjutkan jihad menuju perkampungan bani quraidhah.
Dengan demikian, dakwah sebagai bagian tak terpisahkan dalam amal islami juga membutuhkan keistiqomahan dan berkelanjutan. Sebelum serta sesudah pemilu, bahkan ada atau tanpa pemilu sekalipun. Terlalu lama mengambil jeda atau berdiam diri dalam dakwah, hanya akan menyisakan potensi saling menyerang dan mengganggu sesama kader dakwah. Kita selami kata-kata hikmah di bawah ini :
العَسْكَرُ الذِي تَسُودُهُ البِطَالَةُ يُجِيدُ المُشَاغَبَاتِ
“ Pasukan yang tidak punya tugas, sangat potensial membuat kegaduhan”
Ketiga : Memahamai hakikat pembebanan individu untuk memunculkan semangat berlomba dalam kebaikan
Setiap aktifis dakwah hendaknya memahami bahwa setiap amal yang ia kerjakan tidak lain dan tidak bukan akan kembali pada dirinya sendiri. Bahwasanya setiap amal yang dikerjakan dengan adalah peluang untuk mendekatkan diri disisi Allah SWT. Bisa saja sebuah acara sukses dengan baik dan lancar, tapi penilaian amal disisi Allah SWT tidak bisa digeneralisir begitu saja, setiap orang akan mendapatkan pahala sesuai dengan kontribusinya. Karenanya, hendaknya setiap kader memahami bahwa ia harus terus beramal, karena pembebanan ini sifatnya individual, nilainya di akhirat adalah nilai dirinya sendiri, meskipun beramal di dunia secara jama’i. Kita renungkan beberapa dalil berikut ini :
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ
“ Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri “ (QS An-Nisa 84)
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“ Barang siapa yang lambat dalam amalnya, maka tidak akan membuatnya cepat nasab (afiliasinya) “ (HR Muslim)
Setelah setiap kader memahami tentang sifat pembebanan dan penilaian yang bersifat individu, maka diharapkan akan memunculkan semangat berlomba dalam kebaikan, sehingga akan menghasilkan amal-amal yang terbaik. Ruuh at-tanafus atau spirit untuk berlomba dalam kebaikan telah banyak diisyaratkan dalam Al-Quranul Karim, diantaranya : ( QS Al-Maidah 48, QS Al-Baqoroh 148, QS Al-Muthoffifin 26, QS Ali Imron 133)
Keempat : Cermat dan senantiasa berbeda dalam menjalankan tugas
Ada banyak kesalahan yang terjadi karena seseorang meremehkan sebuah amal, menggampangkan sebuah taklimat, menyederhanakan sebuah mas’uliyah, dan akhirnya berakhir dengan kegagalan atau cacat dalam melaksakan kerja-kerja dakwah. Setelah kader mempunyai semangat untuk berlomba dalam kebaikan, semestinya hal itu tidak perlu terjadi lagi. Yang ada setelah ini adalah lebih cermat (diqqoh) dalam menjalankan setiap tugas, tabayun jika menemukan kejanggalan, dan berusaha untuk berbeda dan berprestasi dalam mengerjakan tugas-tugas dakwah. Sesungguhnya jiwa yang besar senantiasa akan enggan untuk mengerjakan sesuatu dengan kualitas yang standar dan biasa-biasa saja. Kita renungkan hadits berikut ini :
قَالَ رَسُولُ اللهِ: (إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ مَعَالِيَ الأُمُورِ، وَأَشْرَافَهَا، وَيَكْرهُ سَفْسَافَهَا)
Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya Allah SWT mencintai urusan-urusan yang berkualitas lagi mulia, serta membenci yang rendah (remeh-temeh) “ ( HR Baihaqi dan Thobroni, dishahihkan oleh Albani)
Dalam siroh sahabat kita juga bisa mengambil contoh dari sahabat sekelas Abi Bakar as-Shiddiq, beliau senantiasa menghadirkan amal-amal terbaik, prestasi yang berbeda dengan shahabat lainnya. Bahkan seorang umar bin Khotob beberapa kali berusaha untuk berlomba dengannya, namun akhirnya mengakui kekalahannya seraya berkata pd Abu Bakar : “ Aku tidak akan mampu mengunggulimu selamanya “
Kelima : Menjauhi ketaatan atas dasar kecenderungan nafsu semata
Setiap aktifis dakwah hendaknya kembali merenung, apakah ketaatannya selama ini benar-benar atas dasar ketsiqohan dan keyakinan akan kebenaran sebuah manhaj, ataukah hanya memilah-milah taklimat yang bersesuaian dengan kecenderungannya dan hawa nafsunya saja ? Sesungguhnya ketaatan berdasarkan hawa nafsu semata adalah rapuh dan berbahaya untuk kelangsungan dakwah di masa depan. Karena akan lebih banyak lagi taklimat dan qoror yang mungkin tidak bersesuaian dengan keinginan dan hawa nafsu kita. Yang seharusnya terjadi adalah setiap kader mampu menundukkan hawa nafsunya agar senantiasa bersesuaian dengan dakwah. Hendaklah kita mengingat sabda Rasulullah SAW :
لا يؤمن احدكم حتى يكون هواه تبعا لما جئت به
Rasulullah SAW bersabda : “ Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian, hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (risalah islam) “ (Musnad Firdaus, An-Nawawi memasukannya dalam Arba’in)
Abdul Wahhab Azaam berkata : “ Mereka akan segera taat pada hal-hal yang mereka sukai, namun mereka akan bermalas-malasan pada hal-hal yg mereka benci. Apabila dihadapkan pada ujian untuk melakukan suatu hal yang tidak mereka sukai sekalipun di dalamnya ada kemaslahatan jama’ah, maka mereka akan berpaling sambil memberi alasan, atau mereka akan mentaati dengan terpaksa, dan melaksanakannya dengan hati kesal “
Syeikh Muhamaad Ahmad Ar-Rasyid mengingatkan kita : “ Sesungguhnya keta’atan yang bermuatan hawa nafsu merupakan peninggalan tabi’at bani israil, yang harus dijauhi oleh seorang mukmin. Bani Israil pernah meminta kewajiban perang di jalan Allah , tetapi kemudian berpaling ketika perang sudah diwajibkan “. Lihat QS An-Nisa ayat 76.

Written By FRAKSI PKS WONOGIRI on Sabtu, 07 Juli 2012 | 01.08


Wanita Penghuni Surga Itu…

Penulis: Ummu Rumman Siti Fatimah
Muraja’ah: ustadz Abu Salman
Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
Aku menjawab, “Ya”
Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’
Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’
Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.
Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya”
Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”
Wahai saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?
Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam?
Tidak. Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.
Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.
Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.
Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan – semoga Allah Memberi mereka petunjuk -.
Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.
Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammemiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.
Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”
Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.
Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.
Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???
Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”
Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.
Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)
Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.
Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.
Wahai saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?
Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.
Marji’:
Syarah Riyadhush Shalihin (terj). Jilid 1. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin. Cetakan ke-3. Penerbit Darul Falah. 2007 M.


MUSYAWARAH ANGGOTA DEWAN (MAD) NGADIROJO, BERJUANG BERSAMA UNTUK RAKYAT PERDESAAN



“Dalam musyawarah, wakil – wakil yang hadir harus mempunyai komitmen yang sama, satu persepsi, satu tujuan yaitu untuk kemajuan Ngadirojo, bukan untuk kepentingan masing – masing desa atau kelurahan semata-mata.” Demikian disampaikan oleh Ahmad Zarif, anggota DPRD Wonogiri yang berasal dari desa Kerjo Lor Kecamatan Ngadirojo dalam pembahasan SOP Perguliran pada Musyawarah Antar Desa Pertanggungjawaban, Perencanaan dan Sosialisasi yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 Januari 2012 di Pendapa Kantor Kecamatan Ngadirojo.

Musyawarah Antar Desa (MAD) merupakan kegiatan yang dilaksanakan minimal 3 kali dalam satu tahun anggaran, sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Tujuan dari MAD kali ini adalah sebagai forum pertanggungjawaban serta perencanaan bagi UPK dan Sosialisasi pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan tahun anggaran 2012. Sebagai persiapan dan pelaksanaannya, dibentuklah kepanitiaan yang diambil dari unsur Kader Pemberdayaan Desa/ Kelurahan (KPMD/K). Tujuan dari pembentukan panitia MAD selain untuk mempermudah pengelolaan kegiatan juga untuk melibatkan pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di tingkat desa secara partisipatif dalam pelaksanaan MAD.

Dihadiri oleh kurang lebih 70 peserta, acara dimulai pada pukul 09.00 WIB oleh Camat Ngadirojo, Drs. M. Ainur Ridho, dan ditutup pada pukul 15.00 oleh Haribowo Giri Wahyudi, SH selaku PJOK. Selain SOP Perguliran, hasil MAD Pertanggungjawaban, Perencanaan dan Sosialisasi antara lain adalah sosialisasi perolehan dana kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2012 sebesar 1,25 Milyar Rupiah dan penetapan alokasi surplus UPK untuk RTM sebesar Rp 111.460.000,- dari total surplus Rp 401.336.998,-. Penggunaan surplus UPK untuk RTM antara lain digunakan untuk Lantainisasi, Jambanisasi dan Bantuan Alat Penunjang Usaha.

Peserta MAD nampak antusias dan partisipatif dalam mengikuti acara demi acara. Terutama pada saat pembahasan Standar Operasional Prosedur Perguliran, sebuah aturan yang disepakati di tingkat kecamatan untuk melandasi pelaksanaan perguliran dana yang dikelola oleh UPK. Kehadiran anggota DPRD Wonogiri, Ahmad Zarif, mampu memberi warna dalam pembahasan SOP tersebut. Beberapa saran dan pendapat dari Zarif menjadi masukan penting bagi SOP Perguliran. 

Berbeda dengan anggota DPRD lainnya yang hadir saat pembukaan dan pulang sebelum dimulainya pembahasan, Zarif justru duduk bersama peserta MAD dan ikut dalam pembahasan SOP Perguliran. Hal ini merupakan perwujudan keterbukaan dalam MAD, dimana tidak hanya wakil – wakil desa yang berhak mengikuti MAD tetapi juga pihak luar pun berhak ikut dalam MAD, selain sebagai wujud keberpihakan DPRD terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan secara langsung. Sebuah langkah awal yang baik bagi kerjasama antar stakeholder PNPM Mandiri Perdesaan, demi kepentingan rakyat perdesaan. Bukankah anggota DPRD dipilih oleh rakyat juga?

*ditulis oleh Jalu Asmoro, Pengurus UPK Ngadirojo

Menjadi Wanita Sholehah Itu Mudah Untuk Meraih Kebahagiaan Dan Keindahan Hidup



Kita harus berusaha memulai belajar untuk mempraktekkan langkah-langkah sederhana di bawah ini.
1. Mulailah berusaha untuk senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan kepada-Nya.
2. Mulailah berusaha menggunakan lisan dengan bertutur kata yang benar, sopan serta santun kepada siapapun.
3. Mulailah dengan membiasakan diri untuk pribadi yang berakhlak mulia. Bertingkah laku yang baik dimanapan kita berada.
4. Mulailah belajar untuk menutupi aurat.
5. Mulailah melebihkan rasa cinta kepada Allah dibanding mencintai yang lainnya.
6. Mulailah menggunakan akal pikiran dengan bijak dalam menghadapi setiap permasalahan.
7. Berusahalah mempunyai sifat lembut dan ramah serta penuh kasih sayang diantara sesama.
8. Dan mulailah untuk menjaga pergaulan serta menghindari hubungan cinta yang belum halal.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template | PKS PIYUNGAN
Copyright © 2011. Fraksi PKS Wonogiri - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger